SII (strategy of information integration) merupakan strategi pengintegrasian sistem baik saat melakukan merger
ataupun rekonstruksi perusahaan. SII juga merupakan solusi agar saat
mengintegrasikan antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil seimbang atau
sesuai porsinya.
Suatu perusahaan yang
sering kali menjalankan suatu sistem yang dipercaya dapat berjalan dengan mulus
saat dijalankan, ternyata setelah berjalan tidak sesuai dengan maksud dan
tujuan yang diinginkan karena terkaitnya kendala-kendala yang dihadapi saat
menjalani sistem tersebut.
Hal ini yang membuat
banyak perusahaan yang memilih jalan dimana sejumlah sistem informasi yang
berbeda harus diintegrasikan pada saat melakukan penggabungan dua institusi
dengan menyingkirkan rasa “ego” dari
masing-masing pihak untuk mendapatkan solusi yang tepat dalam menyelamatkan
perusahaan. Karena sejatinya tiap pihak dalam perusahaan tidak ada yang ingin
dirugikan dalam kegagalan akibat strategi yang tidak jelas, dalam kegiatan
integrasi sistem tersebut yang menemui jalan buntu. Karena itu dibutuhkan SII,
SII(Strategi
Integrasi Informasi) pendekatan yang digunakan biasanya dari berbagai macam
aspek yang dikembangkan dengan seiring berjalannya waktu dengan memperhatikan
tingkat perkembangan proyek integrasi yang sedang berjalan. Pendekatan yang
dimaksud dalam prinsip pemilihan strategi integrasi yang berevolusi adalah:
Tahap 1: Eksploitasi Kapabilitas Lokal
Pada tahap pertama ini, perlu melakukan pengembangan maksimal terhadap kapabilitas sistem infomasi masing-masing organisasi. Tujuan dari tahap pertama ini adalah untuk memahami secara sungguh-sungguh batasan maksimal kemampuan sistem informasi dalam menghasilkan kebutuhan manajemen strategi dan operasional organisasi yang bersangkutan – baik dilihat dari segi keunggulannya maupun keterbatasannya.
Tahap 2: Lakukan Integrasi Tak Tampak
Pada tahap kedua ini, Setiap kerjasama atau kolaborasi dua atau lebih organisasi kerap mendatangkan kebutuhan baru. Dan seringkali tidak dapat dipenuhi oleh sebuah sistem informasi yang dimiliki salah satu anggota konsorsium. Pada saat kebutuhan baru ini berhasil didefinisikan secara jelas, masing-masing organisasi melalui wakilnya berkumpul dan berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluar pemenuhan kebutuhan yang ada. Pada saat inilah sebenarnya hakekat ”integrasi” telah dilakukan.
Tahap 3: Kehendak Berbagi Pakai
Pada tahap ketiga ini, Ketika skenario pada tahap kedua telah efektif, langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi seberapa efisien dan optimum solusi tersebut berhasil dibangun terutama dengan kaitannya dengan pemanfaatan beranekaragam sumber daya organisasi. Para wakil dari masing-masing organisasi akan berkumpul dan melihat bahwa banyak peluang untuk meningkatkan kinerja solusi yang dihasilkan jika dan hanya jika adanya ”sharing” atau pola berbagi pakai antar sumber daya teknologi informasi yang dimiliki masing-masing organisasi. keluaran terpenting dari tahap ini adalah mulai bergesernya pemikiran-pemikiran yang didominasi oleh faktor emosional ke ide-ide brilian yang dipandu oleh pemikiran rasional.
Tahap 4: Redesain Arsitektur Proses
Pada tahap keempat ini, Ketika konsorsium organisasi tersebut harus berurusan dengan pemenuhan kebutuhan pemilik kepentingan eksternal, seperti misalnya pelanggan atau publik, maka proses yang cepat, berkualitas, dan murah adalah yang menjadi dambaan mereka. Hal tersebut tidaklah mungkin terjadi jika secara lintas organisasi tidak dilakukan aktivitas redesain proses. Di sinilah tahap penentu integrasi diuji kembali, karena yang akan terlibat tidak sekedar para CIO, melainkan pimpinan nomor satu dari masing-masing organisasi.
Tahap 5: Optimalkan Infrastruktur
Pada tahap kelima, Rancangan beraneka ragam proses baru yang dihasilkan pada tahap sebelumnya tidaklah akan berjalan secara efektif, efisien, optimal, dan terkontrol dengan baik apabila secara fundamental tidak dilakukan penyesuaian terhadap infrastruktur organisasi yang ada – dalam hal ini adalah arsitektur sistem informasi terintegrasi yang dimiliki. Keluaran dari tahap optimaliasi ini adalah sebuah sistem informasi terpadu yang dapat bekerja secara efektif melayani kepentingan vertikal maupun horisontal. Dan tentu saja yang tidak kalah pentingnya, yaitu semakin eratnya relasi antar organisasi yang berkolaborasi setelah melewati sejumlah tahap sebelumnya.
Tahap 6:
Transformasi Organisasi
Tahap
terakhir yang akan dicapai sejalan dengan semakin eratnya hubungan antar
organisasi adalah transformasi masing-masing organisasi. Transformasi yang
dimaksud pada dasarnya merupakan akibat dari dinamika kebutuhan lingkungan
eksternal organisasi yang memaksanya untuk menciptakan sebuah sistem organisasi
yang adaptif terhadap perubahan apapun.
Referensi dari penulisan ini : EVOLUSI STRATEGI INTEGRASI SISTEM INFORMASI RAGAM INSTITUSI dan SII