Senin, 11 April 2011

Social capital and power inequality

Social capital and power inequality atau yang biasa disebut dengan Modal Sosial dan Ketidaksetaraan Kekuasaan, ini adalah masalah yang sering kali kita jumpai di masyarakatt yang ada di seluruh dunia. Masalah ini telah menjadi suatu masalah pokok dalam kehidupan masyarakat terutama masyarakat kota dan juga masyarakat pedesaan.


Contoh kecil dari masalah masyarakat kota dengan pedesaan: masyarakat pedesaan yang minim akan penghasilannya dengan tingkat kebutuhan akan pangan yang selalu melambung dan terus melambung tinggi akibat bertambahnya populasi dan ledakan penduduk yang ada diperkotaan, dan masyarakat pedesaan yang menghasilkan bahan pangan terus menerus di rong-rong akan hasil panen yang melimpah dengan harga jual yang rendah.


Sedangkan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh penghasil pangan tidaklah sedikit, untuk sekali menggarap sawah atau kebun memerlukan persediaan pupuk, air, tenaga kerja dan lain-lain. Jika harga jual hasil pangan mereka saja dihargai dengan harga jual yang rendah, maka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pedesaan harus mengalami kerugian yang cukup tinggi. Belum lagi bila ada hama menyerang atau gagal panen, kerugian yang dialami akan berkali-kali lipat dan mengakibatkan masyarakat pedesaan akan semakin miskin sedangkan masyarakat perkotaan yang membeli bahan pangan dengan harga rendah pada masyarakat pedesaan tadi, mendapat keuntungan yang melimpah karena daya jual bahan pangan yang telah ia bawa ke kota sangatlah tinggi.


Inilah masalah yang sampai sekarang masih terus-menerus ada di negara kita, dan walaupun ada penanganan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Akan tetapi, sampai sekarang belum benar-benar berjalan. Sehingga masih banyak diluar sana masyarakat pedesaan yang menderita kelaparan akibat kerugian besar yang mereka alami. Sering kali masyarakat pedesaan berpikiran untuk menetap di kota agar dapat mendapatkan kehidupan yang layak dan mengharapkan pekerjaan yang lebih baik.


Namun pemikiran seperti inilah yang harus dihilangkan, apa bila masyarakat pedesaan beranggapan kehidupan di kota itu lebih mudah dari pada di desa itu salah! Karena kebutuhan di kota lebih besar lagi daripada di desa, yang diakibatkan dari ketatnya persaingan yang ada mulai dari penjualan barang atau jasa sampai kebutuhan pokok sehari-hari yang mungkin bisa dikatakan sangat berbeda jauh. Jika di desa kebutuhan akan bahan pokok seperti makanan untuk mencukupi sebuah keluarga dengan uang 10ribu rupiah sudah dapat membeli nasi dan tahu tempe untuk 2kali makan sehari, maka jika di kota untuk makan dengan nasi dan tahu tempe bisa mengeluarkan uang 20ribu rupiah.


Karena itulah seharusnya masyarakat pedesaan harus lebih memperhitungkan kembali nasib mereka jika ingin pindah ke kota, jangan hanya karena mendengar seseorang sukses lantas langsung ingin pindah ke kota. Harus tahu juga detailnya seseorang itu bisa sukses karena apa dan bagaimana ia bisa sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar